Selasa, 29 April 2008

Keluarga kami


Terimakasih bagi anda yang telah menyempatkan waktu anda untuk mampir di Blog ini.


ANAKKU AUTIS - HIPERAKTIF


Anak kami lahir dalam kondisi phisik yang normal (10 bulan dalam kandungan) , melalui persalinan normal . Saat lahir , tangisannya sedikit sekali tidak seperti adiknya, dan kesulitan bila menyusu pada ibunya. Perkembangannya sejak bayi hingga 4 bulan normal-normal saja.Pada usia 4 bulan ia pernah terserang panas tinggi hingga steuip, dikhawatirkan ini salah satu gejala yang membuat otaknya bekerja tidak seimbang.


Pada saat mulai merangkak, ia merangkaknya dengan cepat dan pada usia 10 bulan ia sudah bisa berjalan dan berlari. Ia sulit makan bubur bayi, dan bila melihat makanan yang lembek/ cair , ia mual dan muntah. Ia hanya mau minum susu yang dicampur bubur susu bayi melalui botol dotnya. Sehari ia bisa menghabiskan 8 botol.
Umur 2 tahun, Ajeng menampakkan ciri-ciri yang dominan seperti :

  • Belum bisa bicara , bila menghendaki sesuatu ia menarik tangan kami dan menunjuk barang yang diminta ,

  • Gerakannya sangat banyak sulit diarahkan


  • siklus tidur yang tidak teratur, dan saat tidur posisinya sering berubah.Tidak suka dikeloni seperti anak seusianya yang butuh perlindungan dan kasih sayang.


  • Tidak ada respon bila dipanggil tidak mau melakukan kontak mata , Tidak respon bila diajak bermain ciluk ba.

  • Bila terjatuh sampai benjol dan berdarahpun ia hanya menangis sebentar saja

  • Tidak ada rasa takut bila berada ditempat yang gelap, tidak takut pada orang yang baru dikenal
  • Sering tertawa sendiri tanpa sebab
  • Emosi yang tinggi bila tidak dikabulkan permintaannya/ menjerit-jerit, suka mencubit dan menggigit.

Bila Bapak/ Ibu berkunjung kerumah kami, masih dapat dilihat pagar berlapis tiga, karena ia sering lari keluar rumah, larinya sangat cepat dan sulit terkejar, padahal didepan rumah kami adalah jalan umum yang cukup ramai.

PEMERIKSAAN MEDIS

Kemudian pada tahun 2000, kami membawanya ke RS Sarjito Yogyakarta , ternyata pemeriksaannya sangat melelahkan karena harus mendapat banyak rujukan mulai dari psikolog, psikiater, THT, dokter anak, sampai dengan tumbuh kembang anak. Terakhir menjalani test EEG kerena ia pernah kejang pada umur 4 bulan) . Hasil tes EEG menunjukkan gelombang otak anak kami sangat tidak beraturan dan saling bertabrakan, hasil diagnosis adanya kelainan pada fungsi otak karena diakibatkan sejenis virus Tokso , sehingga ada dominasi dari fungsi otak terhadap fungsi otak yang lain, yang mengakibatkan ia mengalami kelainan Autis - Hiperaktif.


Ajeng pernah dibawa ke dokter anak yang sering menangani anak berkebutuhan khusus di Yogyakarta, namun hanya berlangsung dalam 2 kali pertemuan (2 bulan) , karena dosis yang diberikan nampaknya terlalu tinggi. Selain itu , ia nampak kurang sehat dan berkeringat dingin. Memamng ia tidak banyak gerak, mengeluh sakit kepala dan banyak tidur. Dari banyak informasi yang kami dapat , baik dari buku, literature lain termasuk dari internet ..ternyata hingga saat ini belum ada obat untuk anak berkebutuhan khusus ini , obat yang ada hanya mengurangi gejalanya ( Dr.Melly budiman ) . Hal ini dikarenakan kompleksnya penyebab autis , sedangkan para ahli sibuk mencari penyebabnya.

Selanjutnya kami membawanya berobat dengan metode jamu selama 4 tahun. Jamunya sangat-sangat pahit, dan awalnya harus dicekoki, namun karena sudah terbiasa, ia sering mengingatkan untuk minum obatnya. Ia mulai sedikit banyak bicara , namun hiperaktif nya masih sangat dominan hingga kelas 2 semester 1 (awal tahun 2006).

Diantara waktu tersebut, kami pernah membawanya ke pengobatan dengan metode pijat yang katanya mampu menghilangkan virus. Namun tidak juga membawa hasil yang optimal.


Hingga akhirnya, Allah menunjukkan Kuasanya, melalui sebuah surat kabar di Yogya kami memperoleh informasi adanya pengobatan anak berkebutuhan khusus oleh Bpk. DRH. Haris Guntur ( www.autismaterapi.blogspot.com).

Awalnya kami sempat sangsi apakah anak kami bisa sembuh, mengingat kami telah membawanya kemanapun ada info tentang pengobatan autis. Namun setelah menjalani terapi beliau selama 4 bulan, Alhamdulillah banyak sekali kemajuannya. Pada saat pentas seni bulan Juni 2006, ia sudah bisa tenang dipanggung walaupun hanya berdiri . Namun bagi kami , ini adalah sangat luar biasa.

SEKOLAH TAMAN KANAK-KANAK
Tahun 2003, Ajeng kami sekolahkan di TK Tripusara Rini , Colombo. Tiap hari ibunya harus menungguinya didalam kelas, karena bila tidak ditunggui ia akan berlari keluar kelas . hal ini berlangsung hingga 2 tahun kemudian. Kecerdasannya cukup baik, daya ingatnya cukup tinggi. Pada saat TK Besar kami selalu rajin mengajarinya membaca (setiap hari kami mengajarinya dengan metode bernyanyi, karena di sekolah ia tidak bisa mengikuti pelajaran) dan ia sudah bisa membaca dengan sangat lancar bila dibandingkan dengan teman-temannya, . Saat itu juga ia sudah mempunya vocabulary bahasa inggris sekitar 70 kata.

Sejak usia 3 tahun ia sudah bisa memegang pensil, spidol, ..sangat suka menggambar.dalam hitungan detik jadilah hasil karyanya baik itu di kertas mapun di tembok dirumah .


SD – HARI PERTAMA SUDAH MAU DIKELUARKAN DARI SEKOLAH

Setamat TK, kami bingung mau menyekolahkannya dimana. Di Sekolah khusus selain terbentur biaya, juga berdasarkan psikolog dari tumbuh kembang anak, menunjukkan bahwa Ajeng mempunyai IQ agak lumayan , jadi rasanya tidak pas masuk sekolah itu karena ia malah menjadi mundur. Psikolog menyarankan aku sekolah di SD Umum dengan salah satu syaratnya, jumlah murid sekelas tidak banyak, idealnya dibawah 10 orang.


Kami lalu mendaftarkan aku di sebuah SD Negeri, pertama kali masuk ia sudah mau dikeluarkan sekolah karena aku dianggap mengganggu teman yang lain. Akhirnya setelah dijelaskan dan menunjukkan referensi dari Klinik Tumbuh Kembang Anak yang telah kami persiapkan sebelumnya, pihak sekolah akhirnya membolehkannya sekolah disana dengan catatan harus ditunggui didalam kelas.


Di SD ,tersebut nilainya lumayan baik, dan bila besok harinya akan ujian , ia tidak pernah belajar,. Sehingga pada saat hendak tidur, kami selalu membacakannya untuknya, ternyata Alhamdullah, bisa masuk dalam ingatannya. Dan saat ujian ia bisa mengerjakannya, semua dikerjakan dengan tempo sangat singkat ( 5 menit) karena ia tidak bisa tenang, apalagi bila melihat di seberang sekolah ada orang jual makanan yang ia suka . Ternyata , banyak soal telah dikerjakan nya dengan baik dan benar. Terkadang ia tidak mau sekolah, karena takut dipukulin teman-temannya, yang menganggapnya nakal.


TERAPI OLEH BPK.DRH.HARIS GUNTUR


Awal tahun 2006, Ajeng mulai diterapi oleh Bpk.Haris Guntur. Dan pada waktu yang hampir bersamaan, kami memindahkannya ke sekolah umum fulldays . SD tersebut sering menerima murid berkebutuhan khusus, maupun pindahan dari sekolah kebutuhan khusus lainnya. Disana ia masuk kelas observasi dan diawasi secara khusus oleh gurunya, sehingga ibunya tidak lagi menungguinya di kelas.


Masih ingat betul, ketika terapi pertama kali, Bpk.haris melakukan terapi pada Ajeng jam 1 pagi, karena pada jam tersebut ia lelah dan mulai tidur. Hingga 2 bulan berikutnya, siklus tidurnya sudah teratur, hiperaktifnya sudah mulai jauh berkurang. Dari gurunya , kami memperoleh informasi kalu Ajeng sudah bisa duduk tenang di Kelas. Setelah dianggap mampu mandiri di kelas, tahun 2006 ia kembali masuk di kelas II dan hingga saat ini ia telah duduk di kelas III.



Banyak perkembangan yang ia peroleh nya baik dari segi emosi, sosial, kemandirian maupun pengetahuan. Ia senang bermain puzzle, computer, maupun prakarya, namun tak pernah lupa untuk sholat 5 waktu.




Tahun 2007 , bahkan ia sempat naik panggung untuk menari bersama teman-temannya. Betapa bahagianya kami, SUBHANALLAH.....TERNYATA ALLAH MENUNJUKKAN KUASANYA KEPADA KAMI !!!.


Dari pengalaman kami diatas, kami menyimpulkan bahwa peran serta orangtua dalam upaya menyembuhkan anak berkebutuhan khusus sangat besar , mulai dari mendeteksi kelainan pada anaknya secara dini, mencari terapi / pengobatan yang sesuai dengan penyakit sang anak, masa pendampingan selama masa terapi dan sesudahnya, termasuk mencari sekolah tepat untuk anak.


Mudah-mudahan pengalaman dari kami ini bisa sedikit banyak memberikan informasi kepada anda khususnya para orangtua anak berkebutuhan khusus lainnya. Karena kita tidak sendirian.

Senin, 28 April 2008

Perilaku dan Disiplin

Perilaku Masa Kanak di saat anak kondisinya Membaik

Pada Ajeng, kami terkadang menjumpai perilakunya seperti anak umur 3 atau 4 tahun . Kami menyadari bahwa masa-masa usia tersebut belum pernah/ sangat sedikit dialaminya dan terlewati saat ia masih autis hiperaktif, sehingga saat setelah terapi dan kondisinya jauh lebih baik saat ini, masa –masa tersebut terulang . Seperti halnya evolusi pada anak yang dimulai dari berbagai tahapan proses seperti pada saat merangkak, kemudian belajar jalan dan berlari, begitu juga pada perilaku anak yang berkebutuhan khusus seperti Ajeng.

Ia kadang merengek bila menghendaki sesuatu , namun dilain waktu ia bisa meminta dengan bahasa yang baik, dan bisa memahami bila diberi alasan tidak boleh.
Dulu ia tidak suka bermain boneka...namun ia saat ini suka boneka , seperti Barbie, dan sering menggambar pada kertas dengan versinya sendiri.
Dulu bila hendak tidur , tidak suka ditemani, namun saat ini ia mau dipeluk dan bilang Mama...ajeng mau bobok dulu ya...,


Disipilin dan Mandiri

  • Ajeng sangat disiplin dalam melakukan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaannya, seperti mengecek tas bawaannya, baju ganti 2 set (karena ia sekolah di SD Fulllday sampai sore hari).
  • Bila dipesankan oleh gurunya, seperti .. ‘ besok Ajeng disuruh bu guru bawa untuk baju kaos untuk disablon , .....bawa uang Rp.1500 untuk beli kerajinan...dll “ maka ia segera mengingatkan kami untuk menyediakan barang yang dimaksud setibanya di rumah, begitu juga saat akan berangkat ke sekolah keesokan harinya.
  • Mengerjakan PR dan tidak mau berangkat bila PR nya belum selesai dikerjakannya (pernah ia terjaga di malam hari sekitar Jam 12 Malam karena teringat belum mengerjakan PR matematika, dan Mamanya harus bangun menjadi partner belajarnya). Ketika kami tanya kenapa Ajeng takut bila tidak mengerjakan PR? Rupanya di sekolah ada sistem punish dan reward. Perlu diiketahui, pelajaran matematika menjadi momok buat siswa normal, begitu juga dialami anak kami, namun saat ini ia sedikit banyak sudah memahami dan bila tidak tahu, maka ia akan segera bertanya. Sedangkan mengenai pelajaran lainnya, bila ada PR maka ia akan mengerjakan sendiri , itupun dengan cepat.
  • Dalam hal makanan di sekolah, ia bisa memilah-milah makanan yang tidak boleh seperti yang berbahan terigu, susu dan dari kacang-kacangan. Dan bila di beri, ia akan membawanya dalam tas ranselnya, dan diberikan adiknya. Dulu pernah sebelum ia bisa disiplin dalam diet makanan, gurunya pernah bilang kalo ajeng sering ngamuk di sekolah. Ketika saya bilang,.”.Ajeng,,,tidak boleh makan yang mengandung terigu, susu dan kacang..karena nanti sakit”. Sejak saat itu, bila tidak tahu dari bahan apa makanan tersebut dibuat, maka ia bertanya..ini bahannya dari terigu, susu atau kacang tidak ya...?? malah bila makanan tersebut dalam kemasan , maka ia bertanya sudah expired belum ya ...???
  • Sholat 5 waktu tak pernah lupa dikerjakannya, bila saat subuh tiba, bila dibangunkan ia dengan tanpa malas untuk bangun dan sholat subuh. Awalnya dulu dirumah Ia tidak teratur sholatnya,, ketika adiknya bilang..Mbak Ajeng, kata Pak guru Agama, nanti kalo orang tidak sholat,,dikuburnya nanti didatangi ular besar lho....(saya juga pernah baca hal tersebut di buku Hidup setelah Mati)..Nah setelah itu ia rajin sholat.
    Pada saat nonton film kartun kesukaannya di TV , bila diminta mandi pagi, maka ia tidak marah dan dengan sukarela mandi sendiri bersama adiknya.
    Pernah kami telat menjemput Ajeng dan adiknya hingga maghrib (biasanya jam 16.30) , dan sejak itu ia selalu mengingatkan untuk segera menjemputnya sore hari setelah Ashar dan jangan sampai maghrib.

    Kami sering sharing dengan orangtua anak lain, ternyata sikap disiplin ini terjadi pada anak dengan kasus yang sama. Saya pikir kita harus bisa memanfaatkan sikap seperti ini dengan menanamkan perilaku-perilaku yang dapat membuatnya mandiri dan harus menjadi kebiasaanya atau juga melalui terapi .
    Selain itu , kami harus selalu memberikan umpan balik ke Ajeng seperti bertanya apa yang dilakukan di sekolah, makan apa, temannya siapa, ...dan berikan pelajaran lewat permainan yang mengasah otaknya seperti puzzle, maupun mengenali benda dalam bahasa inggris. Terkadang ia suka bermain game didepan komputer.

Sabtu, 26 April 2008

FOTO - FOTO AJENG



Ajeng dan Adiknya Nisa (2007)

Kehadiran adiknya membuatnya banyak belajar dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya. Dulu ia sangat sensitif, tidak mau mengalah dan mudah berteriak, menggigit ,..kini ia mampu menahan diri .




Ajeng Menari

Tahun 2007 , pada saat pentas seni ia ikut naik pentas menari bersama teman-temannya (pakaian warna hijau). Kami tak menyangka ia mampu mengikuti arahan pelatihnya, padahal sebelumnya ia sangat sulit diatur.






Ikut Lomba
Ajeng sering kami ikutkan pada lomba -lomba seperti menggambar, ini agar ia mempunyai rasa percaya diri (2008).




Ini Hasil Karyaku...

Ia suka menggambar, dalam beberapa detik..jadi lah bintang kartun yang disukainya di TV. Imajinasinya banyak,,dan sehari bisa dihabiskan nya waktu 3 jam untuk menggambar (2007).



Wisata keluarga

Membawanya wisata bersama keluarga sangat membantunya dalam bersosialisasi.

(Saat di Pabrik Gula Tasik Madu , Karang Anyar, Jawatengah, 2007)










Ajeng dan Nisa Waktu ajeng masih kelas 1 SD dan belum diterapi..tatapan matanya nampak kosong dan sulit konsentrasi

Sebagian dari karya Ajeng