Selasa, 24 Mei 2011

Sekolah (yang ngakunya) inklusi, keberatan memiliki anak didik inklusi ...anehhh !!

Untuk teman-teman di Yogya...pilihlah sekolah yang tepat untuk anak anda , harapan kami janganlah  masukkan anak anda ke sekolah inklusi TI yang banyak kebohongan dan kezaliman disana..bila anda ingin konfirmasi pembanding silahkan hub kami atau Lembaga Ombudsman swasta DIY, Dinas pendidikan sleman , dan  juga guru-guru eks sekolah TI tsb.



Pengalaman nyata anak kami Ajeng kelas 6 di sekolah SDIT  yang berlokasi di utara Monumen Jogja Kembali (Monjali)  Yogya, semoga bisa menjadi wacana bagi kita semua bahwa :
1. Sekolah inklusi tsb tidak sepenuh hati dalam melakukan pendidikan dan memberikan motivasi pada anak didiknya , bahkan sekolah tsb berkedok bisnis dengan mengatasnamakan pendidikan inklusi dan agama .

2. Sekolah adalah tempat dimana kita selaku ortu mempercayakan pendidikan anak  dan diharapkan sekolah  memberikan teladan kepada anak didiknya, namun apa yang terjadi adalah sebaliknya , misalnya  :
  • Anak tidak diberikan materi pendidikan sehingga pada saat UNAS murid teruatama ABK mengeluh mata pelajaran tsb tidak pernah diberikan. Hal ini dimungkinkan bahwa sekolah menganggap mereka tidak mampu dan tidak layak ikut UNAS. Sehingga kami harus memberikan latihan intensif kepadanya.
  • Anak kami pun yang masuk di kelas Fullday, selama 2 bulan, tidak berikan minum setelah makan siang , walaupun sekedar segelas air putih. (menurut anda , dimanakah hati kemanusiaan mereka ??) Pada saat kami complain ke KepSek nya pak J tentang hal tsb tgl 7 Mei 2011,  pak kepsek hanya diam, dan justru yang menanggapi pada tgl 9 mei adalah ibu Nn , yang mengatakan sekolah mereka terbebani dengan adanya Ajeng sekolah disana. Ini aneh, karena sekolah inklusi kok terbebani dengan anak inklusi ???
  • Beberapa kekerasan phisik yang terjadi pada beberapa anak, terutama mereka yang tinggal di asrama .
  • Yang aneh lagi , Ujian semester / mid semester ditunda dengan alasan si ibu Y pemilik yayasan sakit, atau guru ujian semesteran (apa hubungannya ya ??).
  • Banyak kebohongan demi kebohongan  yang telah kami ketahui, termasuk meminta konfirmasi pada kepsek beberapa hari lalu , dimana ada guru  berbohong dengan mengatakan Kepsek tidak ditempat, padahal ada  murid bilang kalau pak kepsek ada, bahkan pada akun twitter pak kepsek , memuat cerita yang tidak pernah terjadi dan sudah kami sampaikan juga ke SDN terkait dan  LOS (lembaga ombudsman swasta).
  • Bahkan ibu Y, pemilik yayasan , dengan bangganya mengaku  telah memiliki pengetahuan ABA yang lengkap, namun apa yang dilakukan terhadap anak didiknya tidaklah demikian bahkan dalam mengajar dengan membuat anak didik menjadi takut . 
  • Banyak kezaliman yang dilakukan sekolah ini terhadap anak didiknya
 3.Sekolah Ti ini berupaya untuk menghalangi ABK untuk mengikuti UNAS, hal ini terbukti dengan dipanggilnya kami selaku ortu anak. Pada pertemuan tersebut, diasarankan anak tidak mengikuti Unas dengan alasan anak tidak mampu  yang bisa menyebabkan psikologis anak bisa turun dan citra sekolah. Padahal Ajeng ya enjoy-enjoy saja , dan tidak merasa terbebani, karena kami anggap ia mampu dan kami berjuang agar ia bisa ikut UNAS. Unas menurut kami adalah hak asasi anak , masalah anak tidak mampu kalau sudah dicoba itu lain masalah. Jangan sampai suatu ketika anak bertanya kepada kami tentang haknya , Mengapa saya dulu tidak ikut Unas ???

Saya yakin kalau sekolah yang baik salahsatunya  adalah berharap anak didiknya dan juga memberikan motivasi kepada muridnya untuk lulus dengan baik, ini terjadi sebaliknya. Kami kira ada motif lain dibalik semua ini, yaitu bisnis , (dengan rencana dibuatnya homescholling )

4. Akhirnya setelah berkeras agar anak ikut UNAS, hingga terdaftar dengan ikut di SDN terdekat , ternyata pada saat sekolah seharusnya melengkapi berkas admin anak di SDN terdekat sebagai tempat ujian yang ditunjuk oleh dinas terkait, , sekolah inipun tidak merespon apa yang seharusnya dilakukan seperti mempersiapkan persyaratan administrasi anak, hingga kepsek SDN tersebut yang harus bolak balik mengurus ke Dinas Pendidikan setempat.

Beberapa waktu lalu, dinas terkait, mengunjungi sekolah dan mungkin saking kesalnya terhadap pihak sekolah , sempat ada kata-kata agar para ortu anak segera memindahkan anaknya dari sekolah tersebut. Hal ini terbukti dengan keluarnya 5 murid secara bersamaan dari sekolah tsb. Ternyata  oh ternyata..sekolah ini tidak memiliki ijin operasional  (mungkin sebaiknya dibubarkan saja agar tidak ada yang menjadi korban berikutnya ) 

LOS (lembaga ombudsman swasta ) sudah kami mintakan bantuannya dan sudah mengerti keadaan sesungguhnya berdasarkan laporan kami akhir bulan April 2011.

Semoga pengalaman kami bisa menjadi wacana , agar kita selektif lagi memilih sekolah untuk abk.
Selamat ujian mbak Ajeng…semoga tercapai citamu

3 komentar:

Android developers mengatakan...

I recently came accross your blog and have been reading along. I thought I would leave my first comment. I dont know what to say except that I have enjoyed reading. Nice blog. I will keep visiting this blog very often.

shaziamumtaaz mengatakan...

wuah... miris sekali saya membaca pengalaman bapak... semoga bisa diambil hikmahnya buat semua orang tua... bener-bener teliti sebelum mempercayakan masa depan anak pada sebuah sekolah... ada juga salah satu ortu murid ABK, dulu pernah mau masuk di sekolah tempat putri bapak bersekolah.. oleh sekolah tersebut anak diminta harus menjalani serangkaian tes di sebuah pusat tumbuh kembang yang sudah di tunjuk... (mungkin memang sudah saling bekerja sama). orang tua manut saja menjalaninya untuk tes selama 2 ato 3 hari habis biaya setengah juta... eh, begitu hasil jadi, sekolah tersebut menolak dengan alasan umur terlalu tua... capeee dech...! emang duit lima ratus ribu tinggal nggunting?!?

imanuel homeschooling mengatakan...

Kami sebagai lembaga yang bergerak dalam pendidikan ABK sangat menyesalkan hal ini.